(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Lidah merupakan bagian tubuh yang dapat menjadi salah satu
media mendekatkan diri kepada Allah SWT. Caranya adalah dengan mempergunakan lidah untuk melaksanakan perintah Allah seperti membaca Al-Qur’an, saling menasihati, membagi ilmu dan masih banyak amalan kebaikan lainnya.
Akan tetapi di lain sisi, lidah juga lidah laksana pedang yang dapat melukai siapapun yang tidak bisa mempergunakannya dengan baik. Bahkan bahaya lidah menjadi salah satu perkara yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah.
Ternyata, lidah seseorang bisa menjerumuskan dirinya ke dalam api neraka. Tidak hanya itu saja, ada pula dua jenis kerusakan yang dapat disebabkan oleh lidah yang dapat menggugurkan semua amal. Kerusakan apa sajakah yang dimaksud? Berikut ulasannya.
1. Lidah yang Banyak Bicara Kebatilan
Kerusakan yang disebabkan oleh lidah yang pertama ialah lidah yang banyak berbicara mengenai kebatilan. Seperti yang diketahui bahwasanya lidah itu laksana pedang yang sangat tajam yang dapat melukai diri sendiri dan bahkan juga orang lain.
Kebatilan di sini maksudnya ialah berbicara yang tidak perlu. Karena hal ini, si manusia tersebut bisa saja tergiring ke dalam neraka. Meskipun dirinya gemar berbuat kebaikan dan mendapatkan banyak pahala, akan tetapi kerusakan lidah dapat membuatnya berdosa karena kedzalimannya tersebut.
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang pada hari kiamat nanti datang membawa pahala shalat, zakat dan puasa, namun di samping itu ia membawa dosa mencela, memaki, menuduh zina, memakan harta dengan cara yang tidak benar, menumpahkan darah, dan memukul orang lain.” (HR.Muslim)
Kata-kata batil yang dikeluarkan oleh lidah bukan hanya tidak bermanfaat akan tetapi juga dapat menyebabkan hubungan baik dalam masyarakat menjadi rusak. Maka dari itu, alangkah lebih baik jika kita memikirkan segala sesuatu yang hendak diucapkan agar tidak menimbulkan kesesatan bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari Muslim).
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di akhirat nanti adalah orang yang paling jelek akhlaknya, orang yang banyak bicara, orang yang berbicara dengan mulut yang dibuat-buat dan orang yang sombong.” (Jami’ al-Shaghir).
Suatu hari seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Ya Rasulullah! Sungguh si fulanah itu terkenal banyak shalat, puasa, dan sedekahnya. Akan tetapi juga terkenal jahat lidahnya terhadap tetangga-tetangganya.”. Maka berkatalah Rasulullah SAW kepadanya, “Sungguh ia termasuk ahli neraka”.
Kemudian laki-laki itu berkata lagi, “Kalau si fulanah yang satu lagi terkenal sedikit shalat, puasa dan sedekahnya, akan tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya.” Maka Rasulullah SAW berkata, “Sungguh ia termasuk ahli surga.” (HR.Muslim).
Kebanyakan kerusakan ilmu itu diakibatkan oleh banyaknya perkataan batil. Mereka ahli dalam berbicara akan tetapi tidak memiliki ilmu. Maka tidak heran jika pembicaraan orang yang demikian hanya membawa kesesatan, memcerai beraikan hubungan serta memecah tali silaturahmi.
2. Lidah yang Diam Terhadap Kebatilan
Kerusakan yang kedua adalah lidah yang diam terhadap kebatilan, biasanya jenis ini akan menyembunyikan kebenaran dan justru membiarkan kebatilan. Imam Ibn Hajar dalam kitab al-Shawa’iq al-Muhriqah mengatakan, orang yang dilaknat Allah adalah seorang berilmu (ulama’) yang mendiamkan terhadap bid’ah agama.
Dalam hadis tersebut di atas, Rasulullah SAW tidak sekedar memerintahkan untuk diam, akan tetapi hadis itu memberi pelajaran kita untuk tidak berkata kecuali yang baik dan benar.
Tidak selamanya diam itu adalah emas, sebab orang yang terus menerus diam adalah orang yang bodoh dan Rasulullah tidak mengajarkan hal yang demikian ini. Maka dari itu, apabila tidak tahu bertanyalah kepada orang yang lebih mengetahui dengan demikian maka kita tidak lagi diam terhadap kebatilan.
Sufyan ats-Atsauri Rahimahullah berkata:“Ibadah yang pertama kali adalah diam, kemudian menuntut ilmu, mengamalkan, menghafal dan menyampaikannya.”
Terlebih lagi jika kita berilmu dan tetap mendiamkan kebatilan, maka itu menjadi salah satu sumber kerusakan agama. Maka tidak heran jika Rasulullah senantiasa menyuruh kita untuk berhati-hati dengan perkara lidah ini.
“Wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan berpegang dengannya!” Beliau menjawab: “Katakanlah, `Rabbku adalah Allah`, lalu istiqomahlah”. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda khawatirkan atasku?”. Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: “Ini.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Demikianlah informasi mengenai dua kerusakan yang disebabkan oleh lidah. Sudah semestinya kita mempergunakan lidah sesuai dengan fungsinya yakni bertutur kata yang baik dan menyampaikan segala sesuatu yang baik pula. Ingatlah bahwa ketika kebatilan dibiarkan maka itu tidak hanya merusak iman namun juga dapat memecah belah persatuan.
media mendekatkan diri kepada Allah SWT. Caranya adalah dengan mempergunakan lidah untuk melaksanakan perintah Allah seperti membaca Al-Qur’an, saling menasihati, membagi ilmu dan masih banyak amalan kebaikan lainnya.
Akan tetapi di lain sisi, lidah juga lidah laksana pedang yang dapat melukai siapapun yang tidak bisa mempergunakannya dengan baik. Bahkan bahaya lidah menjadi salah satu perkara yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah.
Ternyata, lidah seseorang bisa menjerumuskan dirinya ke dalam api neraka. Tidak hanya itu saja, ada pula dua jenis kerusakan yang dapat disebabkan oleh lidah yang dapat menggugurkan semua amal. Kerusakan apa sajakah yang dimaksud? Berikut ulasannya.
1. Lidah yang Banyak Bicara Kebatilan
Kerusakan yang disebabkan oleh lidah yang pertama ialah lidah yang banyak berbicara mengenai kebatilan. Seperti yang diketahui bahwasanya lidah itu laksana pedang yang sangat tajam yang dapat melukai diri sendiri dan bahkan juga orang lain.
Kebatilan di sini maksudnya ialah berbicara yang tidak perlu. Karena hal ini, si manusia tersebut bisa saja tergiring ke dalam neraka. Meskipun dirinya gemar berbuat kebaikan dan mendapatkan banyak pahala, akan tetapi kerusakan lidah dapat membuatnya berdosa karena kedzalimannya tersebut.
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang pada hari kiamat nanti datang membawa pahala shalat, zakat dan puasa, namun di samping itu ia membawa dosa mencela, memaki, menuduh zina, memakan harta dengan cara yang tidak benar, menumpahkan darah, dan memukul orang lain.” (HR.Muslim)
Kata-kata batil yang dikeluarkan oleh lidah bukan hanya tidak bermanfaat akan tetapi juga dapat menyebabkan hubungan baik dalam masyarakat menjadi rusak. Maka dari itu, alangkah lebih baik jika kita memikirkan segala sesuatu yang hendak diucapkan agar tidak menimbulkan kesesatan bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari Muslim).
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di akhirat nanti adalah orang yang paling jelek akhlaknya, orang yang banyak bicara, orang yang berbicara dengan mulut yang dibuat-buat dan orang yang sombong.” (Jami’ al-Shaghir).
Suatu hari seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Ya Rasulullah! Sungguh si fulanah itu terkenal banyak shalat, puasa, dan sedekahnya. Akan tetapi juga terkenal jahat lidahnya terhadap tetangga-tetangganya.”. Maka berkatalah Rasulullah SAW kepadanya, “Sungguh ia termasuk ahli neraka”.
Kemudian laki-laki itu berkata lagi, “Kalau si fulanah yang satu lagi terkenal sedikit shalat, puasa dan sedekahnya, akan tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya.” Maka Rasulullah SAW berkata, “Sungguh ia termasuk ahli surga.” (HR.Muslim).
Kebanyakan kerusakan ilmu itu diakibatkan oleh banyaknya perkataan batil. Mereka ahli dalam berbicara akan tetapi tidak memiliki ilmu. Maka tidak heran jika pembicaraan orang yang demikian hanya membawa kesesatan, memcerai beraikan hubungan serta memecah tali silaturahmi.
2. Lidah yang Diam Terhadap Kebatilan
Kerusakan yang kedua adalah lidah yang diam terhadap kebatilan, biasanya jenis ini akan menyembunyikan kebenaran dan justru membiarkan kebatilan. Imam Ibn Hajar dalam kitab al-Shawa’iq al-Muhriqah mengatakan, orang yang dilaknat Allah adalah seorang berilmu (ulama’) yang mendiamkan terhadap bid’ah agama.
Dalam hadis tersebut di atas, Rasulullah SAW tidak sekedar memerintahkan untuk diam, akan tetapi hadis itu memberi pelajaran kita untuk tidak berkata kecuali yang baik dan benar.
Tidak selamanya diam itu adalah emas, sebab orang yang terus menerus diam adalah orang yang bodoh dan Rasulullah tidak mengajarkan hal yang demikian ini. Maka dari itu, apabila tidak tahu bertanyalah kepada orang yang lebih mengetahui dengan demikian maka kita tidak lagi diam terhadap kebatilan.
Sufyan ats-Atsauri Rahimahullah berkata:“Ibadah yang pertama kali adalah diam, kemudian menuntut ilmu, mengamalkan, menghafal dan menyampaikannya.”
Terlebih lagi jika kita berilmu dan tetap mendiamkan kebatilan, maka itu menjadi salah satu sumber kerusakan agama. Maka tidak heran jika Rasulullah senantiasa menyuruh kita untuk berhati-hati dengan perkara lidah ini.
“Wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan berpegang dengannya!” Beliau menjawab: “Katakanlah, `Rabbku adalah Allah`, lalu istiqomahlah”. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda khawatirkan atasku?”. Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: “Ini.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Demikianlah informasi mengenai dua kerusakan yang disebabkan oleh lidah. Sudah semestinya kita mempergunakan lidah sesuai dengan fungsinya yakni bertutur kata yang baik dan menyampaikan segala sesuatu yang baik pula. Ingatlah bahwa ketika kebatilan dibiarkan maka itu tidak hanya merusak iman namun juga dapat memecah belah persatuan.
0 komentar:
Posting Komentar