(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan
adalah wanita sholihah.” (HR. Muslim)
Ada seorang ibu yang memiliki kehidupan mapan, anak-anak cerdas dan patuh, suami enggak neko-neko, tapi kenapa ya masih saja galau? Selalu saja ada kata-kata pedas yang keluar darinya setiap hari.
Setelah puas melontarkan kata-kata makian, ibu tsb berubah jadi pihak yang paling teraniaya. Terus maunya apa? Bingung. Korbannya siapa lagi jika bukan anak-anak dan suaminya. Sekilas, orang lain memandangnya bahagia. Impian semua wanita gitu. Enggak perlu repot-repot kerja keras, anak-anak cerdas dan membanggakan, pun suami yang enggak macam-macam. Tapi kenapa Ibu tadi masih merasa kurang? Selalu saja ada yang salah di matanya. Jadi meskipun memiliki segalanya, ibu tsb merasa tidak bahagia. Miris.
Sementara itu di tempat yang berlainan, ada seorang istri yang masih harus berjuang banyak hal, ikut mencari nafkah agar kebutuhan tercukupi, serta masih harus mengurus anak-anak sendiri tanpa ART, yang ternyata merasa sangat bahagia dan menikmati kesibukannya. Sekilas orang lain memandangnya kasihan, tapi nyatanya ibu tsb bahagia.
Bahagia memang ada di hati, bukan ada di tampilan luar dan kata orang.
Sahabat Ummi, salah satu kunci kebahagiaan rumah tangga adalah adanya rasa syukur: perbanyak syukur, minimalisir tuntutan, & teruslah berusaha. Sabar, syukur, ikhlas.
Jika seorang istri pandai bersyukur, suami tenang, anak-anak aman, dan rumah terasa lapang. Pun sebaliknya, jika rasa syukur tidak ada, rumah yang megah pun akan serasa sempit karena hati dan pikiran yang tidak pernah terpuaskan.
Lalu, apa saja indikator seorang istri bersyukur? Beberapa hal sederhana di bawah ini bisa menjadi tandanya.
1. Tidak mengungkit kebaikan dirinya
"Kalau bukan karena aku ..."
"Aku udah ngurusin anak-anak ..."
Dan kata-kata serupa yang seolah minta bayaran. Anak pun akan merasa terluka jika ibunya sering berkata seperti itu. Allah tidak akan menyia-nyiakan siapa pun yang berbuat baik. Allah tahu siapa yang modus, mengharap pujian, dan yang tulus. Istri yang pandai bersyukur akan selalu percaya dengan janji Allah. Percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya.
2. Tidak merasa paling berkorban
"Dulu kan sebenarnya mama diterima di anu, nikah sama papamu sih," dikit, tapi nancepp.
Jadi menyesal menikah dan punya anak?
Istri yang pandai bersyukur tidak akan merasa dirinya paling banyak berkorban karena dia melakukan semuanya dengan senang hati, bukan sekadar kewajiban semata.
3. Tidak mengungkit-ungkit perjuangannya terus-terusan di depan orang-orang hanya agar mendapat decak kagum
"Jadi dulu itu ya awal aku nikah deuh rumah cuma sepetak, makan sepiring berdua, dll. Kamu sih enak ya ...," nahh ....
Buat apa cerita terus-menerus seperti itu kemudian membandingkan dan menyalahkan pasangan suami istri yang enggak gitu kalau tujuannya bukan untuk "ini lhoh guee, nihh,"
Padahal setiap pasutri pasti memiliki perjuangannya masing-masing. Ada yang enggak perlu repot-repot berjuang finansial, tapi berjuang masalah anak. Ada yang enggak berjuang masalah anak karena langsung diberi, tapi berjuang di hal yang lain. Nah. Emang situ aja yang berjuang. Enggak, kan.
Istri yang pandai bersyukur tidak akan lebay. Dia paham bahwa setiap pasutri pasti berjuang, pun dirinya dan suami. Selama perjuangan itu dilakukan dengan orang yang dicintai (pasangan hidup), ya seruu ajaa, nikmati aja, enggak perlu ngeluh atau membandingkan apalagi merasa paling kuat atau hebat.
4. Menjaga martabat suami di depan orang lain
Suami adalah pakaian istri dan istri adalah pakaian suami. Keduanya harus saling menjaga aib masing-masing, bukan sebaliknya.
"Dia dulu kan flamboyan. Untung nikah sama aku," apa perlu seperti itu?
Istri yang pandai bersyukur akan menerima semuaa masa lalu suami dan tidak akan menggunakan masa lalu suami yang mungkin kelam sebagai bahan olokan di depan publik.
5. Menghargai usaha suami
Orang bijak bilang tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada adalah belajar.
Ada kalanya usaha suami belum berhasil. Di saat itulah peran istri sangat sangat diperlukan. Kalimat seperti, "Gagal lagi gagal lagi. Gagal mulu sih, Bang!" adalah kalimat yang tidak sepantasnya keluar dari mulut sang istri meskipun maksudnya untuk memotivasi.
Tidak harus dengan menusuk dan menyakiti kan memotivasi pasangan itu?
Istri yang pandai bersyukur akan paham bahwa yang namanya usaha itu enggak selamanya lancar. Saat usahanya melambung, bersyukur. Saat usaha suaminy menurun, bersabar dan mengevaluasi.
6. Jauh dari mindset istri aja yang menderita
Menikah adalah kesepakatan bersama. Toh wanita sangat berhak menolak laki-laki yang mencintainy jika dia tidak cinta. Jadi kalau memang menikah adalah kesepakatan berdua, kenapa salah satunya selalu merasa jadi pihak yang terzolimi. Lha dulu kenapa mau? Kenapa bahagia sekali berada di posisi sebagai korban. Kalau toh tidak ada kecocokan bisa pisah baik-baik daripada bersama tapi selalu merasa jadi pihak yang teraniaya.
Dan istri yang pandai bersyukur tidak akan bahagia memposisikan dirinya sebagai pihak yang paling menderita. Dia jauhi mindset merusak seperti itu.
"Aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Tidak, melainkan mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan suami. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu yang tidak berkenan di hatinya niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907)
Semoga kita bisa menjadi istri yang penuh syukur. Istri sholehah penyejuk keluarga. Aamiin.
Sumber :
Miyosi Ariefiansyah alias @miyosimiyo "penghuni" www.rumahmiyosi.com adalah istri, ibu, penulis, & pembelajar.
adalah wanita sholihah.” (HR. Muslim)
Ada seorang ibu yang memiliki kehidupan mapan, anak-anak cerdas dan patuh, suami enggak neko-neko, tapi kenapa ya masih saja galau? Selalu saja ada kata-kata pedas yang keluar darinya setiap hari.
Setelah puas melontarkan kata-kata makian, ibu tsb berubah jadi pihak yang paling teraniaya. Terus maunya apa? Bingung. Korbannya siapa lagi jika bukan anak-anak dan suaminya. Sekilas, orang lain memandangnya bahagia. Impian semua wanita gitu. Enggak perlu repot-repot kerja keras, anak-anak cerdas dan membanggakan, pun suami yang enggak macam-macam. Tapi kenapa Ibu tadi masih merasa kurang? Selalu saja ada yang salah di matanya. Jadi meskipun memiliki segalanya, ibu tsb merasa tidak bahagia. Miris.
Sementara itu di tempat yang berlainan, ada seorang istri yang masih harus berjuang banyak hal, ikut mencari nafkah agar kebutuhan tercukupi, serta masih harus mengurus anak-anak sendiri tanpa ART, yang ternyata merasa sangat bahagia dan menikmati kesibukannya. Sekilas orang lain memandangnya kasihan, tapi nyatanya ibu tsb bahagia.
Bahagia memang ada di hati, bukan ada di tampilan luar dan kata orang.
Sahabat Ummi, salah satu kunci kebahagiaan rumah tangga adalah adanya rasa syukur: perbanyak syukur, minimalisir tuntutan, & teruslah berusaha. Sabar, syukur, ikhlas.
Jika seorang istri pandai bersyukur, suami tenang, anak-anak aman, dan rumah terasa lapang. Pun sebaliknya, jika rasa syukur tidak ada, rumah yang megah pun akan serasa sempit karena hati dan pikiran yang tidak pernah terpuaskan.
Lalu, apa saja indikator seorang istri bersyukur? Beberapa hal sederhana di bawah ini bisa menjadi tandanya.
1. Tidak mengungkit kebaikan dirinya
"Kalau bukan karena aku ..."
"Aku udah ngurusin anak-anak ..."
Dan kata-kata serupa yang seolah minta bayaran. Anak pun akan merasa terluka jika ibunya sering berkata seperti itu. Allah tidak akan menyia-nyiakan siapa pun yang berbuat baik. Allah tahu siapa yang modus, mengharap pujian, dan yang tulus. Istri yang pandai bersyukur akan selalu percaya dengan janji Allah. Percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya.
2. Tidak merasa paling berkorban
"Dulu kan sebenarnya mama diterima di anu, nikah sama papamu sih," dikit, tapi nancepp.
Jadi menyesal menikah dan punya anak?
Istri yang pandai bersyukur tidak akan merasa dirinya paling banyak berkorban karena dia melakukan semuanya dengan senang hati, bukan sekadar kewajiban semata.
3. Tidak mengungkit-ungkit perjuangannya terus-terusan di depan orang-orang hanya agar mendapat decak kagum
"Jadi dulu itu ya awal aku nikah deuh rumah cuma sepetak, makan sepiring berdua, dll. Kamu sih enak ya ...," nahh ....
Buat apa cerita terus-menerus seperti itu kemudian membandingkan dan menyalahkan pasangan suami istri yang enggak gitu kalau tujuannya bukan untuk "ini lhoh guee, nihh,"
Padahal setiap pasutri pasti memiliki perjuangannya masing-masing. Ada yang enggak perlu repot-repot berjuang finansial, tapi berjuang masalah anak. Ada yang enggak berjuang masalah anak karena langsung diberi, tapi berjuang di hal yang lain. Nah. Emang situ aja yang berjuang. Enggak, kan.
Istri yang pandai bersyukur tidak akan lebay. Dia paham bahwa setiap pasutri pasti berjuang, pun dirinya dan suami. Selama perjuangan itu dilakukan dengan orang yang dicintai (pasangan hidup), ya seruu ajaa, nikmati aja, enggak perlu ngeluh atau membandingkan apalagi merasa paling kuat atau hebat.
4. Menjaga martabat suami di depan orang lain
Suami adalah pakaian istri dan istri adalah pakaian suami. Keduanya harus saling menjaga aib masing-masing, bukan sebaliknya.
"Dia dulu kan flamboyan. Untung nikah sama aku," apa perlu seperti itu?
Istri yang pandai bersyukur akan menerima semuaa masa lalu suami dan tidak akan menggunakan masa lalu suami yang mungkin kelam sebagai bahan olokan di depan publik.
5. Menghargai usaha suami
Orang bijak bilang tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada adalah belajar.
Ada kalanya usaha suami belum berhasil. Di saat itulah peran istri sangat sangat diperlukan. Kalimat seperti, "Gagal lagi gagal lagi. Gagal mulu sih, Bang!" adalah kalimat yang tidak sepantasnya keluar dari mulut sang istri meskipun maksudnya untuk memotivasi.
Tidak harus dengan menusuk dan menyakiti kan memotivasi pasangan itu?
Istri yang pandai bersyukur akan paham bahwa yang namanya usaha itu enggak selamanya lancar. Saat usahanya melambung, bersyukur. Saat usaha suaminy menurun, bersabar dan mengevaluasi.
6. Jauh dari mindset istri aja yang menderita
Menikah adalah kesepakatan bersama. Toh wanita sangat berhak menolak laki-laki yang mencintainy jika dia tidak cinta. Jadi kalau memang menikah adalah kesepakatan berdua, kenapa salah satunya selalu merasa jadi pihak yang terzolimi. Lha dulu kenapa mau? Kenapa bahagia sekali berada di posisi sebagai korban. Kalau toh tidak ada kecocokan bisa pisah baik-baik daripada bersama tapi selalu merasa jadi pihak yang teraniaya.
Dan istri yang pandai bersyukur tidak akan bahagia memposisikan dirinya sebagai pihak yang paling menderita. Dia jauhi mindset merusak seperti itu.
"Aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Tidak, melainkan mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan suami. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu yang tidak berkenan di hatinya niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907)
Semoga kita bisa menjadi istri yang penuh syukur. Istri sholehah penyejuk keluarga. Aamiin.
Sumber :
Miyosi Ariefiansyah alias @miyosimiyo "penghuni" www.rumahmiyosi.com adalah istri, ibu, penulis, & pembelajar.
0 komentar:
Posting Komentar