(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Sejak awal hari tadi anak ini telah melangkahkan
kakinya, dari tempat tinggalnya di Lebak Bulus sampai mendekati siang tiba di perumahan mewah Permata Hijau. Memanggul 10 cobek berbagai ukuran. Yang belum terjual satupun juga. Letih telah menimpa. Duduk, terkantuk dia di trotoar jalan menunundukkan wajah, cobalah pejamkan mata, menghela capek, di samping tempat tinggal begitu megah.
Langkah kakinya yang kecil menyisir jalan, coba menjumput rejeki hari ini. Seperti kemarin dan kemarinnya lagi. Selalu miliki harapan, siapa tahu cobek-cobeknya laris manis terjual, pulang membawa duit, serta terlepas beban di pundak kurusnya. Walau itu tidak pernah meskipun berlangsung.
Kiki namanya, 11 th. usianya. Ia telah tiga th. ini tidak bersekolah lagi, karena menginginkan menolong beban orangtuanya, ibu buruh bersihkan serta ayah pemulung. " Agar adik-adik saya saja yang bersekolah, " tuturnya, dengan wajah datar. Tidak menginginkan bersekolah? Ia menggelengkan kepalanya. " Mencari uang bantu emak, " tuturnya, lirih. Deru kendaraan sekitarnya hampir menyingkirkan suaranya. Debu berhamburan menerpanya. Mimpinya jadi tentara seolah terbang juga.
"Source Sans Pro", sans-serif; font-size: 14px;">Anak sekecil itu, menanggung beban berat tidak hanya arti sesungguhnya.
Saat anak yang lain bergembira memperoleh mainan serta pakaian baru, ia mesti berburu saat agar bisa uang hari itu.
Saat anak lain bersiap sekolah mewujudkan saat depannya, ia masihlah menyisir jalan tanpa ada ujung, berhenti waktu lelah saja.
Saat anak lain miliki saat banyak bermain, Kiki kecil tidak pernah sibuk dengan fikiran cobek yang perlu terjual supaya ada uang untuk emak nanti.
Saat anak lain terlindung, ia mangsa mudah di jalan... Kiki kecil, besar hatinya. Mudah-mudahan Allah selalu melindungimu, nak... Amin..
Semoga cerita Ini Berguna Untuk Kita Semua
kakinya, dari tempat tinggalnya di Lebak Bulus sampai mendekati siang tiba di perumahan mewah Permata Hijau. Memanggul 10 cobek berbagai ukuran. Yang belum terjual satupun juga. Letih telah menimpa. Duduk, terkantuk dia di trotoar jalan menunundukkan wajah, cobalah pejamkan mata, menghela capek, di samping tempat tinggal begitu megah.
Langkah kakinya yang kecil menyisir jalan, coba menjumput rejeki hari ini. Seperti kemarin dan kemarinnya lagi. Selalu miliki harapan, siapa tahu cobek-cobeknya laris manis terjual, pulang membawa duit, serta terlepas beban di pundak kurusnya. Walau itu tidak pernah meskipun berlangsung.
Kiki namanya, 11 th. usianya. Ia telah tiga th. ini tidak bersekolah lagi, karena menginginkan menolong beban orangtuanya, ibu buruh bersihkan serta ayah pemulung. " Agar adik-adik saya saja yang bersekolah, " tuturnya, dengan wajah datar. Tidak menginginkan bersekolah? Ia menggelengkan kepalanya. " Mencari uang bantu emak, " tuturnya, lirih. Deru kendaraan sekitarnya hampir menyingkirkan suaranya. Debu berhamburan menerpanya. Mimpinya jadi tentara seolah terbang juga.
"Source Sans Pro", sans-serif; font-size: 14px;">Anak sekecil itu, menanggung beban berat tidak hanya arti sesungguhnya.
Saat anak yang lain bergembira memperoleh mainan serta pakaian baru, ia mesti berburu saat agar bisa uang hari itu.
Saat anak lain bersiap sekolah mewujudkan saat depannya, ia masihlah menyisir jalan tanpa ada ujung, berhenti waktu lelah saja.
Saat anak lain miliki saat banyak bermain, Kiki kecil tidak pernah sibuk dengan fikiran cobek yang perlu terjual supaya ada uang untuk emak nanti.
Saat anak lain terlindung, ia mangsa mudah di jalan... Kiki kecil, besar hatinya. Mudah-mudahan Allah selalu melindungimu, nak... Amin..
Semoga cerita Ini Berguna Untuk Kita Semua
0 komentar:
Posting Komentar