(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Setiap orang memiliki kekurangan
dan kelebihan masing-masing sehingga kita harus bisa menerima segala anugerah terindah yang telah diberikan oleh Allah dan bersyukur atas nikmatnya.
Kisah ini menceritakan seseorang yang berusia 37 tahun. Setelah menikah, ia memiliki beberapa anak. Ia adalah orang yang sering lalai, sering berbuat dosa, jarang menunaikan sholat kecuali diwaktu tertentu atau saat dilihat orang saja. Hal ini dikarenakan, ia lebih banyak akrab dengan orang jahat dan dukun sehingga setan selalu menemaninya dalam berbagai kesempatan.
Ia memiliki anak laki-laki yang berusia 7 tahun bernama Marwan. Ia tuli dan bisu. Ibu yang mendidiknya adalah perempuan yang kuat imannya. Suatu ketika setelah adzan maghrib, ia tiba di rumah dengan anaknya, Marwan. Saat ia sedang merencanakan tempat berkumpul dengan teman-teman nanti malam, tiba-tiba ia dikejutkan dengan anaknya yang mengajak bicara dengan bahasa isyarat, yang artinya mengapa ayahnya tidak sholat. Ia pun menunjukkan tangannya ke atas yang berarti bahwa Allah berada di atas dan melihat mereka.
Marwan sering melihat ayahnya berbuat dosa dan sang anak pun selalu mengingatkannya akan keberadaan Allah. Tak jarang, anak itu menangis dan kemudian sang ayah merangkulnya tapi ia justru berlari dari pelukannya.
Tidak berapa lama, ia pergi untuk berwudhu dan melakukan sholat. Meskipun wudhunya belum sempurna, tapi ia belajar ajaran agama Islam dari ibunya yang merupakan penghafal Al-Qur’an. Sang anak selalu menasihatinya tapi belum juga memberikan faedah pada sang ayah.
Sebelum sholat, Marwan pun memberikan isyarat pada sang ayah untuk menunggu sebentar. Setelah itu, Marwan datang dengan Al-Qur’an dan membukakan salah satu ayat serta menunjuknya agar dibaca oleh sang ayah. Ayat tersebut menjelaskan bahwa sesungguhnya ia khawatir jika ayahnya akan ditimpa adzab dari Allah maka ia akan dijadikan teman bagi setan. Marwan menambahkan dengan bahasa isyarat yang meminta ayah untuk sholat sebelum ia ditanam dalam kubur dan sebelum tiba adzab.
Saat itulah, sang ayah merasakan ketakutan yang luar biasa dan ia pun menyalakan semua lampu di dalam rumahnya. Kemudian, Marwan mengatakan agar ayahnya meninggalkan lampu-lampu itu dan pergi untuk sholat. Marwan meminta agar mereka berdua sholat di masjid Nabawi. Akhirnya, sang ayah pun menyetujui hal tersebut.
Di dalam sholat, imam masjid itu membacakan firman Allah yang menjelaskan bahwa kita dilarang untuk mengikuti langkah setan karena setan akan menyuruh kita melakukan perbuatan keji. Tanpa karunia Allah, tidak akan ada orang yang bersih, tapi Allah mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Mendengar ayat tersebut, sang ayah pun tidak bisa menahan tangis dan Marwan juga ikut menangis. Ketika sholat, Marwan mengeluarkan tisu dari sakunya dan mengusap air mata sang ayah. Hingga selesai sholat, sang ayah pun masih menangis, meskipun sudah ditenangkan oleh sang anak.
Sejak saat itulah, sang ayah merasakan bahwa ia telah terlahir kembali. Mereka pun pulang dan menceritakan peristiwa itu pada sang istri. Betapa senangnya sang istri mendengar bahwa suaminya telah bertaubat. Ia meminta agar suaminya bersyukur atas hidayah yang telah diberikan oleh Allah. Sungguh, malam itu menjadi malan terindah bagi sang ayah karena ia merasakan kesejahteraan dan kedamaian di dalam hati. Demikian kisah nyata: Seorang ayah bertaubat karna anaknya yang bisu dan tuli.
dan kelebihan masing-masing sehingga kita harus bisa menerima segala anugerah terindah yang telah diberikan oleh Allah dan bersyukur atas nikmatnya.
Kisah ini menceritakan seseorang yang berusia 37 tahun. Setelah menikah, ia memiliki beberapa anak. Ia adalah orang yang sering lalai, sering berbuat dosa, jarang menunaikan sholat kecuali diwaktu tertentu atau saat dilihat orang saja. Hal ini dikarenakan, ia lebih banyak akrab dengan orang jahat dan dukun sehingga setan selalu menemaninya dalam berbagai kesempatan.
Ia memiliki anak laki-laki yang berusia 7 tahun bernama Marwan. Ia tuli dan bisu. Ibu yang mendidiknya adalah perempuan yang kuat imannya. Suatu ketika setelah adzan maghrib, ia tiba di rumah dengan anaknya, Marwan. Saat ia sedang merencanakan tempat berkumpul dengan teman-teman nanti malam, tiba-tiba ia dikejutkan dengan anaknya yang mengajak bicara dengan bahasa isyarat, yang artinya mengapa ayahnya tidak sholat. Ia pun menunjukkan tangannya ke atas yang berarti bahwa Allah berada di atas dan melihat mereka.
Marwan sering melihat ayahnya berbuat dosa dan sang anak pun selalu mengingatkannya akan keberadaan Allah. Tak jarang, anak itu menangis dan kemudian sang ayah merangkulnya tapi ia justru berlari dari pelukannya.
Tidak berapa lama, ia pergi untuk berwudhu dan melakukan sholat. Meskipun wudhunya belum sempurna, tapi ia belajar ajaran agama Islam dari ibunya yang merupakan penghafal Al-Qur’an. Sang anak selalu menasihatinya tapi belum juga memberikan faedah pada sang ayah.
Sebelum sholat, Marwan pun memberikan isyarat pada sang ayah untuk menunggu sebentar. Setelah itu, Marwan datang dengan Al-Qur’an dan membukakan salah satu ayat serta menunjuknya agar dibaca oleh sang ayah. Ayat tersebut menjelaskan bahwa sesungguhnya ia khawatir jika ayahnya akan ditimpa adzab dari Allah maka ia akan dijadikan teman bagi setan. Marwan menambahkan dengan bahasa isyarat yang meminta ayah untuk sholat sebelum ia ditanam dalam kubur dan sebelum tiba adzab.
Saat itulah, sang ayah merasakan ketakutan yang luar biasa dan ia pun menyalakan semua lampu di dalam rumahnya. Kemudian, Marwan mengatakan agar ayahnya meninggalkan lampu-lampu itu dan pergi untuk sholat. Marwan meminta agar mereka berdua sholat di masjid Nabawi. Akhirnya, sang ayah pun menyetujui hal tersebut.
Di dalam sholat, imam masjid itu membacakan firman Allah yang menjelaskan bahwa kita dilarang untuk mengikuti langkah setan karena setan akan menyuruh kita melakukan perbuatan keji. Tanpa karunia Allah, tidak akan ada orang yang bersih, tapi Allah mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Mendengar ayat tersebut, sang ayah pun tidak bisa menahan tangis dan Marwan juga ikut menangis. Ketika sholat, Marwan mengeluarkan tisu dari sakunya dan mengusap air mata sang ayah. Hingga selesai sholat, sang ayah pun masih menangis, meskipun sudah ditenangkan oleh sang anak.
Sejak saat itulah, sang ayah merasakan bahwa ia telah terlahir kembali. Mereka pun pulang dan menceritakan peristiwa itu pada sang istri. Betapa senangnya sang istri mendengar bahwa suaminya telah bertaubat. Ia meminta agar suaminya bersyukur atas hidayah yang telah diberikan oleh Allah. Sungguh, malam itu menjadi malan terindah bagi sang ayah karena ia merasakan kesejahteraan dan kedamaian di dalam hati. Demikian kisah nyata: Seorang ayah bertaubat karna anaknya yang bisu dan tuli.
0 komentar:
Posting Komentar