(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Pada akhirnya semua akan berakhir. Begitu juga
pertualangan seorang Gangster paling ditakuti di negeri jiran Singapura ini. Setelah malang melintang didunia hitam, akhirnya ia bertobat.
pertualangan seorang Gangster paling ditakuti di negeri jiran Singapura ini. Setelah malang melintang didunia hitam, akhirnya ia bertobat.
Laki-laki yang biasa di sapa Abang Long Fadil ini sangat terkenal di dunia kriminal Singapura. Laki-laki dengan tato di wajahnya ini sangat disegani baik oleh kawan maupun lawan. Petualangannya didunia hitam telah dimulai sejak ia berusia 12 tahun.
Masa bocah yang akrab dengan dunia kekerasan, laki-laki ini menjadi orang yang ganas dan sadis. Konon ia tak segan-segan melukai musuh-musuhnya.
Pada usia 22 tahun ia nyaris tewas. Sekelompok gangster menyerang dengan kayu dan benda-benda tajam. Namun petualangan belum berhenti.
Menurutnya menjadi seorang gengster bukanlah pilihannya. Namun ini adalah satu-satunya cara untuk bisa survive. Begitulah pelajaran yang ia peroleh dari kedua orang tuanya.
Dunia hitam, kekerasan dan kkriminal adalah tradisi hidup anak lelaki dalam keluarganya. Ia mengaku tak pernah peduli dengan nasehat-nasehat yang diberikan mamanya. “Saya tak peduli apa nasihat emak. Malah saya tak pedulikan Tuhan,” katanya.
Seperti dilansir mynewshub, pada usia yang masih belia, 12 tahun ia dituduh melakukan penyerangan bersenjata. Pada usia itu ia juga mulai melukisi tubuhnya dengan tato. Ia mulai mengenal dan berkawan dengan gengter ternama. Hidupnya bergelimang uang, seks dan obat-obat terlarang.
Hal itu juga yang menyebabkan ia keluar masuk penjara. Meski begitu petualangannya tak pernah berhenti. Hingga suatu malam, ia bermimpi. Dalam mimpinya ini ia terseret ombak besar dan terdampar sendirian. Ia berpikir hari itu adalah hari kiamat.
Karena mimpi itu ia ketakutan. Laki-laki itu keluar rumah selama sebulan karena takut kiamat datang. Kisah inspiratif Abang Fadil itu kemudian diliput secara eksklusif oleh sebuah stasiun televisi setempat.
0 komentar:
Posting Komentar